Terjadi perdebatan antara Yahya al-Jala’, seorang pengikut Sunni, dan
seorang lelaki dari golongan Mu’tazilah. Al-Jala’ dikenal sebagai seorang yang
memiliki argumentasi yang kuat dan memiliki dalil-dalil yang shahih. Tetapi,
pada saat itu, kekuasaan berpihak kepada kaum Mu’tazilah. Mereka memutuskan
persoalan lebih memihak kepada Mu’tazilah daripada Sunni. Al-Jala’ pun mendapat
kecaman yang tidak mengenakkan dari
kelompok Mu’tazilah.
Akhirnya, al-Jala’ harus pulang ke rumahnya dengan perasaan galau dan
sedih. Istrinya menyiapkan makan untuknya, tapi ia tidak menyentuhnya sama
sekali, Al-Jala’ pun tertidur dalam keadaan galau dan sedih. Saat itulah beliau
bermimpi bertemu dengan Rasulullah.
Yahya al-Jala’ berkata, “Aku melihat nabi saw., di masjid. Di sana ada
kelompok Ahmad bin Hanbal dan para pengikutnya, serta kelompok Ahmad bin Abu
Dawud[1]
dan para sahabatnya.
Rasulullah saw., kemudian membaca ayat, ‘....Jika Orang-orang Quraisy itu
mengingkarinya...’(al-An’am [6]: 89) sambil menunjuk ke arah kelompok Ibnu Abu
Dawud. Beliau melanjutkan ayat itu, ‘....maka Kami akan menyerahkannya kepada
kaum yang tidak mengingkarinya.’ (al-an’am[6]:89) dan beliau menunjuk ke arah
kelompok Imam Ahmad bin Hanbal dan para sahabatnya.”
Yahya al-Jala’ bangun dari tidurnya dengan perasaan gembira. Istrinya
kembali menghidangkan makanan untuknya. Kali ini ia menyantapnya dengan lahap.
[1] Seorang ulama Mu’tazilah yang mengikuti debat seputar Khalaq Al-Qur’an
(Kemakhlukan Al-Qur’an) dan menyebabkan Imam Ibnu Hanbal dipenjara.