Rahma Lillahi Sativa
Jakarta, Saat masih kanak-kanak, kondisi otak seseorang tengah berada dalam masa pertumbuhan. Dengan kata lain inilah saat yang tepat untuk membentuk otak seseorang agar mencapai performa terbaiknya. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memberikan jam tidur yang
memadai untuk si anak.
Sebuah studi baru pun mengungkapkan bahwa tidur malam akan membantu memperkuat daya ingat seorang anak, terutama jika si anak tengah mempelajari dan menghafalkan sejumlah kosakata baru.
Bahkan anak yang paling pintar sekalipun bisa mengingat-ingat kosakata dengan lebih baik ketika diberi kesempatan untuk mendapatkan jam tidur malam yang memadai.
Padahal sebelumnya banyak pakar yang berasumsi bahwa anak-anak jauh lebih pandai memilah dan mengingat-ingat kosakata baru ketimbang orang dewasa karena mereka masih dalam tahap pengembangan kemampuan berbahasanya.
Tapi studi yang melibatkan anak-anak berusia 7-12 ini menunjukkan bahwa ternyata mereka tak ada bedanya dengan orang tua, sama-sama linglungnya, terutama ketika mempelajari hal-hal baru. Bahkan dari hasil studi diketahui bahwa anak-anak yang menguasai sejumlah kata saat sarapan bisa melupakan separuhnya di sore hari.
Meski begitu peneliti menemukan bahwa amnesia pada anak-anak itu hanyalah terjadi untuk sementara. Setelah 12 jam beristirahat, termasuk tidur, mereka akan kembali bisa mengingat sejumlah kosakata baru yang diajarkan itu.
Kesimpulan ini diperoleh setelah tim peneliti dari York University dan Sheffield Hallam University menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk melatih kemampuan berbahasa 53 siswa dari tiga sekolah berasrama di North Yorkshire sejak subuh hingga menjelang waktu sarapan.
Dalam kurun 30-60 menit perhari, partisipan diberi sejumlah kosakata bikinan yang hampir sama dengan kosakata yang sebenarnya tapi dibuat seunik mungkin untuk tujuan penelitian.
Sebagian partisipan diberi kosakata baru di pagi hari dan dites di hari yang sama 12 jam kemudian, waktu dimana banyak partisipan yang telah melupakan hampir sebagian besar apa yang mereka pelajari.
Namun yang mengejutkan sebagian partisipan lain yang diberi kosakata baru di malam hari dan diminta untuk mengingatnya keesokan pagi justru melakukan tugas dengan lebih baik. Selain itu, partisipan yang diajari dan dites di hari yang sama serta melupakan kosakata baru yang diajarkan bisa kembali mengingat kosakata itu setelah tidur malam.
"Banyak orang mengira anak-anak tak perlu tidur, mereka adalah pakarnya belajar kosakata baru karena mereka melakukannya sepanjang waktu. Lagipula studi tentang anak-anak sebelumnya mengasumsikan bahwa pembelajaran kata terjadi secara langsung tapi studi baru ini menunjukkan hal sebaliknya, proses pembelajaran itu ternyata terjadi lebih lama dari yang diperkirakan," papar Anna Weighall, salah satu tim peneliti psikologi dari Sheffield Hallam.
"Lebih dari itu, peneliti juga mengetahui jika anak-anak menggunakan mekanisme pembelajaran bahasa yang sama dengan orang dewasa. Jadi ketika Anda mempelajari sejumlah kata dan dites setelah tidur maka Anda akan mengingat lebih banyak kata daripada jika Anda dites hari itu juga," tandas Dr. Weighall seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (25/11/2012).
Padahal mungkin banyak orang berpikir tidur akan membuat Anda lupa segalanya tapi sebaliknya tidur melindungi wawasan yang baru saja Anda peroleh sehingga Anda dapat mengingatnya lebih baik keesokan harinya.
Sepakat dengan itu, Dr. Lisa Henderson dari Department of Psychology, York University menambahkan, "Kemampuan anak untuk mengingat-ingat dan mengenali kosakata baru akan meningkat kira-kira 12 jam setelah kosakata itu diberikan, tapi itu hanya akan terjadi jika si anak tidur terlebih dulu. Hebatnya, efeknya bisa bertahan hingga satu minggu kemudian atau dengan kata lain kosakata baru ini akan tertanam dalam memori jangka panjang."
Studi yang didanai oleh Leverhulme Trust dan dipublikasikan dalam jurnal Developmental Science ini juga dapat membantu mengatasi gangguan perkembangan saraf seperti autisme dan disleksia dimana keduanya seringkali dikaitkan dengan kualitas tidur yang buruk dan masalah dalam pembelajaran bahasa.
Sumber: Click Here !!!
Jakarta, Saat masih kanak-kanak, kondisi otak seseorang tengah berada dalam masa pertumbuhan. Dengan kata lain inilah saat yang tepat untuk membentuk otak seseorang agar mencapai performa terbaiknya. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memberikan jam tidur yang
memadai untuk si anak.
Sebuah studi baru pun mengungkapkan bahwa tidur malam akan membantu memperkuat daya ingat seorang anak, terutama jika si anak tengah mempelajari dan menghafalkan sejumlah kosakata baru.
Bahkan anak yang paling pintar sekalipun bisa mengingat-ingat kosakata dengan lebih baik ketika diberi kesempatan untuk mendapatkan jam tidur malam yang memadai.
Padahal sebelumnya banyak pakar yang berasumsi bahwa anak-anak jauh lebih pandai memilah dan mengingat-ingat kosakata baru ketimbang orang dewasa karena mereka masih dalam tahap pengembangan kemampuan berbahasanya.
Tapi studi yang melibatkan anak-anak berusia 7-12 ini menunjukkan bahwa ternyata mereka tak ada bedanya dengan orang tua, sama-sama linglungnya, terutama ketika mempelajari hal-hal baru. Bahkan dari hasil studi diketahui bahwa anak-anak yang menguasai sejumlah kata saat sarapan bisa melupakan separuhnya di sore hari.
Meski begitu peneliti menemukan bahwa amnesia pada anak-anak itu hanyalah terjadi untuk sementara. Setelah 12 jam beristirahat, termasuk tidur, mereka akan kembali bisa mengingat sejumlah kosakata baru yang diajarkan itu.
Kesimpulan ini diperoleh setelah tim peneliti dari York University dan Sheffield Hallam University menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk melatih kemampuan berbahasa 53 siswa dari tiga sekolah berasrama di North Yorkshire sejak subuh hingga menjelang waktu sarapan.
Dalam kurun 30-60 menit perhari, partisipan diberi sejumlah kosakata bikinan yang hampir sama dengan kosakata yang sebenarnya tapi dibuat seunik mungkin untuk tujuan penelitian.
Sebagian partisipan diberi kosakata baru di pagi hari dan dites di hari yang sama 12 jam kemudian, waktu dimana banyak partisipan yang telah melupakan hampir sebagian besar apa yang mereka pelajari.
Namun yang mengejutkan sebagian partisipan lain yang diberi kosakata baru di malam hari dan diminta untuk mengingatnya keesokan pagi justru melakukan tugas dengan lebih baik. Selain itu, partisipan yang diajari dan dites di hari yang sama serta melupakan kosakata baru yang diajarkan bisa kembali mengingat kosakata itu setelah tidur malam.
"Banyak orang mengira anak-anak tak perlu tidur, mereka adalah pakarnya belajar kosakata baru karena mereka melakukannya sepanjang waktu. Lagipula studi tentang anak-anak sebelumnya mengasumsikan bahwa pembelajaran kata terjadi secara langsung tapi studi baru ini menunjukkan hal sebaliknya, proses pembelajaran itu ternyata terjadi lebih lama dari yang diperkirakan," papar Anna Weighall, salah satu tim peneliti psikologi dari Sheffield Hallam.
"Lebih dari itu, peneliti juga mengetahui jika anak-anak menggunakan mekanisme pembelajaran bahasa yang sama dengan orang dewasa. Jadi ketika Anda mempelajari sejumlah kata dan dites setelah tidur maka Anda akan mengingat lebih banyak kata daripada jika Anda dites hari itu juga," tandas Dr. Weighall seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (25/11/2012).
Padahal mungkin banyak orang berpikir tidur akan membuat Anda lupa segalanya tapi sebaliknya tidur melindungi wawasan yang baru saja Anda peroleh sehingga Anda dapat mengingatnya lebih baik keesokan harinya.
Sepakat dengan itu, Dr. Lisa Henderson dari Department of Psychology, York University menambahkan, "Kemampuan anak untuk mengingat-ingat dan mengenali kosakata baru akan meningkat kira-kira 12 jam setelah kosakata itu diberikan, tapi itu hanya akan terjadi jika si anak tidur terlebih dulu. Hebatnya, efeknya bisa bertahan hingga satu minggu kemudian atau dengan kata lain kosakata baru ini akan tertanam dalam memori jangka panjang."
Studi yang didanai oleh Leverhulme Trust dan dipublikasikan dalam jurnal Developmental Science ini juga dapat membantu mengatasi gangguan perkembangan saraf seperti autisme dan disleksia dimana keduanya seringkali dikaitkan dengan kualitas tidur yang buruk dan masalah dalam pembelajaran bahasa.
Sumber: Click Here !!!