Showing posts with label Syariat. Show all posts
Showing posts with label Syariat. Show all posts
Saturday, March 31, 2012 0 comments

Sihir dalam Perspektif Syari’at

موقف الشريعة من السحر
Sihir dalam Perspektif Syari’at

Allah SWT berfirman:
Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah Kitab Allah).
Dan mereka mengikuti apa[76] yang dibaca oleh syaitan-syaitan[77] pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (Tidak mengerjakan sihir), Hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat[78] di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami Hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya[79]. dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, Sesungguhnya mereka Telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (Kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka Mengetahui.
Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan Sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka Mengetahui.
(Al-Baqarah: 101-103)

Asbab Al-Nuzul
Ibnu Al-Jawzi mengatakan bahwa ayat-ayat di atas mempunyai dua asbab al-nuzul, yaitu:
1.      Menurut Abu Al-Aliyah, Orang-orang Yahudi tidak bertanya kepada Nabi SAW tentang Taurat padahal beliau mengetauhi tentang Taurat  itu. Mereka hanya bertanya masalah sihir kepada Nabi SAW dan mereka membantahnya. Kemurudian turunlah ayat di atas.
2.      Menurut Abu Ishaq,  setelah Nabi menceritakan kisah nabi Sulaiman dalam Al-Quran, Yahudi Madinah berkata, “Apakah kalian tidak merasa heran jika Muhammad mengatakan bahwa putera Daud (Sulaiman) seorang nabi? Demi Allah, tidak lain dia hanylah seorang tukang sihir”. Kemudian turunlah ayat di atas.
Penafsiran
Ayat-ayat di atas menceritakan tentang perilaku buruk bangsa Yahudi, seperti perusak, dan suka menyakiti sesama manusia. Bangsa Yahudi diindikasikan sebagai yang pertama kali menggunakan sihir  dalam kehidupannya. Mereka melemparkan (berpaling) kitab Allah dan kemudian mempelajari sihir dan menyesatkan manusia lainnya. Bangsa Yahudi merupakan sumber segala keburukan dan fitnah sebagaimana Allah SWT berfirman: 
 
Artinya:
Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.
(Al-Maidah: 64)

1.      Menurut Abu Hayyan, sebagaimana Allah SWT berfirman:
Artinya:
Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir. (Al-Baqarah: 98)
Juga dalam ayat selanjutnya:

Artinya:
Dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik. (Al-Baqarah: 99)
Ayat pertama di atas menceritakan perilaku bangsa Yahudi yang ingkar janji, melemparkan (tidak percaya) kitab Allah, mengikuti ajaran syaitan, dan mempelajari sesuatu yang tidak bermanfaat. Kemudian diikuti dengan ayat berikutnya yang mengandung janji yang baik bagi orang yang beriman dan bertakwa. Ayat-ayat ini mengandung janji dan ancaman, harapan dan ancaman yang menakutkan dan kabar buruk dan baik.  Hal ini menguatkan kebenaran yang membawanya (Al-Quran) yaitu Muhammad SAW. Sedangkan beliau tidak pernah membaca kitab-kitab sebelumnya, tidak pernah bepergian jauh, dan tidak pernah mempelajarinya dengan berguru pada para pendeta. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

Artinya:
Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (Al-Najm: 3-4)
2.      Allah berfirman, “Sebagian dari orang-orang yng diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah itu ke belakangnya, seolah-olah  mereka tidak mengtahui (bahwa itu adalah kitab Allah)”. Ungkapan “melemparkannya ke belakang” menandakan begitu buruknya perilaku bangsa Yahudi yang tidak mau menerimanya sebagai kitab Allah dengan merendahkannya dan mereka menggunakan sihir dan sulap dalam kehidupannya. Sayyid Qutub berpendapat, potongan ayat “Orang-orang yang diberi kitab ialah orang yang melemparkan kitab Allah ke belakangny” berisi tentang karakter bangsa Yahudi yang selalu menentang kitab Allah dan tidak mau mengamalkannya.
3.      Hubungan antara setan dan sihir pada ayat di atas adalah bahwa sesungguhnya sihir ada atas bantuan setan karena setan bisa mengetahui hal-hal abstrak (ghaib). Sebagaimana Allah berfirman: 
Artinya:
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin: 6)
Oleh karena itu, sihir identik dengan setan atau roh-roh jahat.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Al-Hakim dari Ibnu Abbas dan berkata, “Sesungguhnya setan mencuri berita dari langit. Maka jika seseorang di antara mereka mendengar apa yang diberitakan dari langit, mereka merubahnya menjadi berita dusta. Kemudian mereka sampaikan dalam hati manusia. Allah memperlihatnkannya kepada Sulaiman bin Daud, lalu ia mengambilnya dan menyimpannya di bawah kursinya. Ketika Sulaiman meniggal, setan mengambil kesempatan dan berkata, “apakah kalian ingin ditunjukkan simpanan rahasia Sulaiman?”. Mereka menjawab, “Baiklah”. Kemudian mereka mengeluarkannya. Benda itu adalah sihir. Hal itu terus terjadi pada generasi selanjutnya. Maka Allah menurunkan (ayat) tentang bebasnya Sulaiman dari sihir”.
4.      Allah menyebut istilah sihir dengan kufur sebagaimana dalam firman-Nya, “dan tidaklah Sulaiman itu kufur”. Potongan ayat ini menjelaskan tentang sifat sihir itu sendiri yaitu sesuatu yang buruk dan dicela. Hal ini didasarkan pada ayat yang bersisi tentang orang yang meninggalkan haji padahal mereka mampu. Allah SWT berfirman: 
 
Artinya:
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Ali Imran: 97)
Oleh karena itu, sihir bisa dikategorikan dengan dosa besar.
5.      Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ada seseorang yang berbica di samping Umar bin Abdul Azizi. Kemudian Umar berkata, “Demi Allah! Ini adalah sihir yang halal”. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Zabarqan bin Badr, Amr bin Ahtam, dan Qais bin Ashim menghadap Rasulullah SAW. Rasulullah berkata kepada Amr, “Ceritakan kepadaku tentang Zabarqan!”. Lalu Amr menerangkan, “Dia itu orang yang patuh kepada yang memanggilnya, sangat suka menonjolkan diri, dan tidak mau melihat ke belakang. Kemudian Zabarqa berkata, “Demi Allah, dia ,mengetahui bahwa sesungguhnya aku lebih mulia darinya. Amr berkata, “Sesungguhnya dia pengecut, tempat tinggalnya sempit, ayahnya bodoh, dan pamannya tercela”. Kemudian dia berkata lagi, “Aku benar ya Rasulullah. Dia merelakan aku, kemudian aku berbicara sebaik apa yang aku ketahui, dan dia  memurkai  aku. Maka aku pun berbicara buruk di hadapannya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
ان من البيان لسحرا
“Sesungguhnya di antara keterangan-keterangan yang benar itu terdapat (pengaruh) sihir”.
Diriwayatkan juga bahwa ada dua orang laki-laki menghadap kepada Rasulullah. Salah seorang di antara mereka berkata dan membuat orang-orang yang di sekitarnya terkagum-kagum karena kefasihannya dalam berbicara. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya di antara keterangan-keterangan benar itu terdapat (pengaruh) sihir”. Apabila ada pertanyana mengapa keterangan benar itu sihir padahal itu dicela oleh Allah? Maka jawabannya adalah sesungguhnya Nabi SAW tersebut adalah kiasan. Karena dengan perkataan yang indah, seorang yang berbicara akan dengan mudah memikat lawan bicaranya.
6.      Jika dipertanyakan mengapa dua malaikat (Harut dan Marut) mengajarkan manusia sihir padahal sihir itu haram? Jawabannya adalah bahwa sesungguhnya dua malaikat itu tidak mengajarkan sihir untuk diamalkan. Melainkan sebaliknya, yaitu untuk menangkal pengaruh sihir.
Kandungan Hukum
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai sihir. Jumhur ulama dari kalangan ahl al-sunnah wa al-jama’ah berpendapat bahwa sihir itu nyata dan bisa berpengaruh. Sedangkan dari golangan mu’tazilah dan sebagian ahl al-sunnah wa al-jama’ah berpendapat bahwa sihir itu tidak nyata dan tidak berpengaruh apa-apa. Karena sihir hanya sebuah tipuan pandangan, pemalsuan, dan penyesatan. Mereka juga berpendapat bahwa sihir itu bermacam-macam, yaitu:
1.      Khayalan dan Tipuan. Sebagaimana yang dilakukan oleh tukang sulap yang menjadikan burung seolah-olah disembelih dan terbang kembali padahal sudah disembelih. Sesungguhnya hal seperti itu hanya karena gerakannya samar karena burung yang disembelih bukan yang terbang. Sementara yang disembelih terlebih dahulu disembunyikan.
2.      Sihir yang dilakukan oleh dukun. Seorang dukun biasanya menugasi seseorang untuk menyelidiki orang yang akan mengadu kepadanya untuk mengetahui apa yang akan dibicarakan kepadanya. Setelah itu dia (dukun) menyampaikannya seolah-olah dia mengetahui hal gaib melalui jampi-jampi.
3.      Mengadu domba, memfitnah, dan merusak dengan cara-cara tersembunyi (konspirasi atau propaganda).
4.      Tipu muslihat dengan memberikan makanan yang mengandung racun sehingga bisa mempengaruhi kesehatan yang memakannya.
Abu Bakar Al-Jashash berkata, “Dari penjelasan di atas jelas sekali bahwa sihir itu tidak nyata. Kalau seandainya apa yang mereka (jumhur Ahl Al-Sunnah wa Al-Jama’ah) yang mengakatan bahwa tukang sihir bisa menolak keburukan, menarik kebaikan, bisa terbang, mengetahui perkara gaib (abstrak), dan lain sebagainya tidak benar. Sebab jika mereka benar, maka mereka akan mampu melenyapkan kerajaan-kerajaan, mengambil harta simpanannya, dan mengalahkan negeri-negeri lainnya tanpa ada perlawanan.

Dalil Mu’tazilah
Golongan mu’tazilah berperndapat bahwa sihir itu tidak nyata berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut:
1.      Mereka menyulap mata orang-orang dan membuat mereka takut” (Al-A’raf; 116)
2.      “Terbayanglah atas Musa, seakan-akan tambang-tambang dan tongkat-tongkat itu berjalan” (Thaha: 66)
3.      “Dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia dating” (Thaha: 69)
Golongan mu’tazilah berkata, “Jika seandainya tukang sihir itu bisa berajalan di atas air, biasa terbang di udara, atau bisa mengubah pasir menjadi emas, maka kemukjizatan Nabi-nabi itu tidak ada karena samarnya perkara benar dan salah dan tidak ada bedanya antara Nabi-nabi dan tukang sihir”.

Dalil Jumhur
Jumhur berpendapat bahwa sihir itu nyata daan berpengaruh berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut:
1.      “Mereka meyulap mata orang-orang dan membuat mereka takut serta membuat sihir yang besar (menakjubkan” (Al-A’raf: 102)
2.      “Maka mereka belajar dari keduanya (Harut dan Marut) apa yang menceraikan seorang suami dengan istrinya” (Al-Baqarah: 102)
3.      “Dan tidaklah mereka (tukang-tukang sihir itu) dapat member bahaya kepada seorang pun melainkan dengan Allah” (Al-Baqarah: 102)
4.      “Dan aku berlindung) dari kejahatan perempuan-perempuan tukang sihir yang menghembus simpul-simpul” (Al-Falaq: 4)
5.      Selain itu, mereka juga bertumpu pada hadits Nabi:
سنن النسائي - (ج 12 / ص 446)
 أَخْبَرَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ عَنْ أَبِي مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ ابْنِ حَيَّانَ يَعْنِي يَزِيدَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ
سَحَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ الْيَهُودِ فَاشْتَكَى لِذَلِكَ أَيَّامًا فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام فَقَالَ إِنَّ رَجُلًا مِنْ الْيَهُودِ سَحَرَكَ عَقَدَ لَكَ عُقَدًا فِي بِئْرِ كَذَا وَكَذَا فَأَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَخْرَجُوهَا فَجِيءَ بِهَا فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَأَنَّمَا نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ فَمَا ذَكَرَ ذَلِكَ لِذَلِكَ الْيَهُودِيِّ وَلَا رَآهُ فِي وَجْهِهِ قَطُّ
Artinya:
Seseorang dari golongan Yahudi menyihir Nabi dan akhirnya Nabi menderita sakit beberapa hari. Kemudian Jibril dating dan berkata, “Sesungguhnya engkau telah disihir seorang Yahudi. Dia membuat simpulan yang diletakkan di sumur tertentu. Rasulullah pun mengutus seseorang (sahabat) untuk mengeluarkan simpulan itu, membukanya, dan membuangnya. Maka setelah itu, Nabi bangkit seolah-olah terlepas dari ikatan itu”. (Al-Nasai)

Tarjih (Dalil yang lebih kuat)

Berdasarkan dalil-dalil yang telah dikemukakan di atas, jelaslah dalil yang paling kuat adalah dalil yang diungkapkan oleh jumhur sebab sihir benar-benar nyata ada dan menimbulkan pengaruh yang buruk. Tetapi perlu diingat bahwa pengaruh buruk tersebut pada hakikatnya, tetap atas kehendak Allah dan sihir hanyalah sebab-sebab lahiriyah saja.
Al-A’llamah Al-Qurthubi berkata, “Seseorang tidak akan menyangsikan (ragu) bahwa sihir memiliki pengaruh yang buruk yang besar seperti membuat orang sakit, memisahkan hubungan suami-istri, menghilangkan akal, dan lain-lain. Kemudian dia berpendapat bahwa ulama telah sepakat bahwa hal-hal seperti menurunkan belalang (wabah hama), kutu, katak,  lautan terbelah, tongkat menjadi ular, orang mati hidup kembali, binatang berbicara, dan lain-lain bukanlah merupakan sihir melainkan hanya atas kebesaran Allah bukan karena tukang sihir.
Abu Hayyan berpendapat bahwa ada beberapa hakikat sihir, yaitu:
1.      Sihir merupakan upaya pengalihan pandangan dan menyerupai mukjizat.
2.      Sihir merupakan upaya pemalsuan, penipuan, dan permainan sulap yang hanya merupakan sebuah ilusi semata.
3.      Sihir merupakan permainan tipu daya sebagaimana yang dilakukan oleh tukang-tukang sihir Firaun.
4.      Sihir merupakan “kerja sama” manusia dengan jin atau setan.
5.      Sihir terdiri dari berbagai macam benda yang disatukan kemudian dibakar bersmaan dengan ucapan jampi-jampi.
6.      Sihir adalah jampian-jampian yang dibuat berdasarkan ramalan bintang dengan bantuan setan.
7.      Sihir berisi kata-kata yang mengandung kekufuran.
Hukum Mempelajari dan Mengajarkan Sihir
Al-Fakhr Al-Razi berpendapat bahwa mempelajari sihir itu  boleh bersasarkan ayat Al-Quran yang berisi kisah Harut dan Marut yang mengajarkan sihir. Sedangkan jumhur berpendapat tidak boleh karena sihir termasuk kufur sebagaiman Al-Quran meyebut istilah sihir dengan kufur. Hal ini didasarkan pula pada hadits Nabi:
أَخْبَرَنَا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ بِلَالٍ عَنْ ثَوْرِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِي الْغَيْثِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا هِيَ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالشُّحُّ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ
“Jauhilah tujuh perkara yang merusak. Mereka bertanya, “Apa yang tujuh itu ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Menyekutukan Allah (syirik), sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah, makan riba dan harta anak yatim, berpaling dari perang, dan menuduh zina kepada perempuan suci”. (Al-Nasai)
Sementara Al-Lusi dan Abu Hayyan mengharamkannya. Ia mengatakan bahwa pendapat Al-Fakhr Al-Razi harus diteliti kembali. Karena menurut dia walaupun sedikitnya mempelajari sihir memiliki manfaat, tapi lebih banyak keburukannya.
Hukum Membunuh Tukang Sihir
Abu Bakar Al-Jashash mengatakan bahwa ulama salaf sepakat untuk wajib membunuh tukang sihir. Hal ini berdasarkan hadits Nabi:
- حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عَوْفٍ قَالَ حَدَّثَنَا خِلَاسٌ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَالْحَسَنِ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Barangsiapa mendatangi dukun, ‘arraf, dan tukang sihir kemudian mempercayai apa yang dikatakannya, maka ia kufur atas apa yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw”. (Ahmad)
Pendapat para ulama tentang hukum membunuh tukang sihir:
1.      Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa tukang sihir boleh dibunuh walaupun dia menyatakan bertaubat.
2.      Abu Syujai berpendapat bahwa tukang sihir sama hukumnya dengan murtad. Untuk itu, darahnya halal dibunuh.
3.      Imam Malik berpendapat jika tukang sihir itu dari golongan ahli kitab, maka tidak boleh dibunuh kecuali jika membahayakan umat Islam.
4.      Al-Syafii berpendapat bahwa tukang sihir tidak dianggap kufur kecuali jika membahayakan dan membunuh. Dan jika dia mengaku dan bertaubat, maka hanya dikenakan denda.

Kesimpulan dari Ayat-Ayat di Atas
1.      Taurat  merupakan kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Musa dan Al-Quran membenarkannya.
2.      Bangsa Yahudi melemparkan (tidak percaya) Taurat dan tidak mengamalkannya sebagaimana yang mereka lakukan terhadap Al-Quran.
3.      Sulaiman merupakan seorang nabi dan raja, bukan seorang tukang sihir.
4.      Setan menghiasi sihir sehingga manusia tertarik dan mengelabui mereka bahwa mereka mengetahui hal gaib.
5.      Sihir itu nyata dan bisa mempengaruhi manusia sehingga bisa menimbulkan keburukan.
6.      Allah menguji hamba-Nya dengan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya sebagai ujian dan siksaan.
7.      Barang siapa yang menukarkan sihir dengan kitab Allah (meninggalkan kitab Allah dan lebih percaya sihir), maka tidak akan mendapatkan rahmat Allah di akhirat kelak.
8.      Iman kepada Allah dan ikhlas beramal merupakan kunci mendapatkan pahala atau balasan di akhirat.
Hikmah Hukum
Islam dan seluruh hukum yang di dalamnya benar-benar bertujuan untuk membawa umatnya kepada aqidah yang benar di dalam hatinya. Ini bertujuan agar manusia selamanya dekat dengan Allah dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak. Bintang-bintang dan seluruh benda lainnya yang ada di alam semesta tunduk kepada Allah. Oleh karena itu, semua itu tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap kehidupan manusia kecuali atas kehendak Allah semata.
Jika ada seseorang yang mngaku bisa mengetahui hal-hal gaib (abstrak), berbuat hal yang di luar kebiasaan manusia pada umumnya yang dikaitkan dengan bintang-bintang, jin atau setan, dan lain sebagainya, kemudian dia mengagungkannya, maka nyata sekali dia telah menyalahi syariat Allh, dalam artian dia telah kufur. Apabila ada seseorang yang mempunyai kemampuan seperti itu, maka tidak lain itu hanyalah atas kehendak Allah.
Jika sihir itu sama halnya dengan kufur, maka Nabi-nabi yang mendapatkan mukjizat sehingga dapat melakukan hal di luar kebiasaan manusia lainnya, tidak dikategorikan sebagai sihir atau kufur. Oleh karena itu, Al-Quran menegaskan bahwa nabi Sulaiman bin Daud AS bukanlah seorang tukang sihir seperti yang diklaim bangsa Yahudi. Ilmu yang diberikan kepada nabi Sulaiman merupakan tidak lain hanya sebuah mkjizat sehingga dia bisa menaklukkan seluruh makhluk yang ada di dunia, termasuk jin sekalipun.
Ini adalah syariat Allah yang kuat. Yang meluruskan manusia dari segala kemusyrikan dan mensucikan rasul-rasul-Nya dari segala tuduhan orang-orang kafir dan menerangkan kepada umat Islam apa yang wajib ia percayai darinya (rasul-rasul Allah).

Baca Selengkapnya >>>
 
;