Showing posts with label Ali r.a.. Show all posts
Showing posts with label Ali r.a.. Show all posts
Friday, March 30, 2012 0 comments

Tidak Lagi Menginap di Penjara



Abdullah bin Malik al-Khuza’i berkata, “Aku pernah menjadi polisi pada masa Harun ar-Rasyid. Pada suatu malam, utusan Harun ar-Rasyid menemuiku. Tidak seperti biasanya, ia membangunkan aku dari tidurku, memintaku ke istana, dan tidak memberiku kesempatan untuk sekedar ganti baju. Hal itu membuatku ketakutan.
Ketika aku berjalan menuju istana, aku diperintahkan untuk masuk. Ketika aku masuk, aku melihat Harun sedang duduk di atas singgasananya. Ia berdiam diri beberapa saat. Aku terus berpikir dan aku semakin ketakutan. Harun kemudian berkata, ‘Wahai Abdullah, tahukah kamu mengapa aku memanggilmu pada saat seperti ini?’
‘Tidak, wahai Amirul Mu’minin,’ jawabku.
Ia berkata, ‘Aku baru saja bermimpi telah melihat seorang budak hitam mendatangiku membawa senjata. Ia berkata kepadaku, ‘Lepaskanlah Musa al-Kazhim saat ini, atau aku akan membunuhmu dengan senjata ini. Cepat lakukan dan bebaskan ia!’
Aku berkata kepadanya, ‘Apakah saya harus membebaskan Musa bin Ja’far?”
Kuulangi pertanyaan itu hingga tiga kali.
Harun berkata, ‘Tunggulah satu jam lagi, lalu lepaskan ia! Berikan kepadanya 30.000 dirham. Katakan juga kepadanya, ‘Jika engkau menginginkan kedudukan di dalam pemerintahan kami,[1] engkau akan mendapatkannya. Jika engkau ingin kembali ke Madinah, engkau bisa melakukannya.’
Aku pun kembali ke penjara dan membebaskan Musa al-Kazhim. Aku memberinya uang seperti telah diperintahkan oleh Harun ar-Rasyid. Aku berkata kepadanya, ‘Persoalanmu mengagumkan!’
Musa berkata, ‘Biarkan aku bercerita kepadamu, ‘Di antara tidak dan tidak, Rasulullah saw., datang kepadaku. Beliau berkata, ‘Wahai Musa, kamu telah ditahan dan dizalimi. Ucapkanlah doa-doa ini, dan kamu tidak akan menginap di penjara ini, malam ini.’
Aku berkata, ‘Apa yang harus aku ucapkan, wahai Rasulullah?’
Beliau berkata, Ucapkanlah (doa), ‘Wahai Zat yang mendengar segala suara, Zat yang tidak pernah meluangkan waktu sedikitpun, Zat yang membungkuskan daging pada tulang, lalu menghancurkannya pada saat kematian, aku memohon kepada-Mu dengan asma-Mu yang luhur, dengan asma-Mu yang mulia, yang agung, yang tersimpan, yang rahasia, yang tidak diketahui oleh siapa pun dari makhluk-Mu. Wahai Zat yang Maha penyabar, tidak tergesa-gesa memberikan hukuman. Zat yang memberikan kebaikan tidak putus-putusnya, tidak ada batasnya, lepaskanlah hamba.’
Maka seperti yang kamu lihat, semua itu terwujud menjadi sebuah kenyataan.”


[1] Pemerintahan khalifah Abbasiyah yang berpusat di Baghdad.
Baca Selengkapnya >>>
0 comments

Nabi Membacakan (Al-Qur’an) di Mulut Nafi’



Ketika berbicara, dari mulut Nafi’ al-Qari’ selalu keluar wangi kasturi. Ada seseorang yang bertanya kepada Nafi’, “Apakah kamu selalu memakai wewangian?”
Nafi’ menjawab, “Tidak. Aku tidak pernah menyentuh atau memakai wewangian, tapi aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw., dan beliau membacakan Al-Qur’an di mulutku. Sejak saat itu mulutku selalu mengeluarkan aroma wangi.”
Baca Selengkapnya >>>
0 comments

Berharap Kepada Allah swt.



Hasan bin Ali r.a. berada di dalam kesulitan ekonomi yang sangat pelik. Gaji (ratib) sebanyak 100.000 dinar setiap tahunnya yang ia peroleh dari baitulmal ditahan oleh Muawiyah r.a.[1] selama dua tahun. Ia benar-benar berada di dalam keadaan ekonomi yang sulit.
Hasan menuturkan, “Aku lalu memanggil seseorang untuk menulis surat kepada Muawiyah agar mengingatku. Tetapi, aku tidak jadi melakukannya. Kemudian aku bermimpi bertemu Rasulullah saw. Beliau berkata, ‘bagaimana kabarmu, wahai hasan?’
‘Baik, wahai kakek,’ jawabku.
Lalu aku mengeluh kepada beliau tentang keterlambatan harta yang seharusnya kuterima. Beliau berkata, ‘Kamu memanggil seseorang untuk menulis surat kepada seseorang sepertimu untuk mengingatkan hal itu?’
Aku menjawab, ‘Iya, wahai Rasulullah. Apa yang bisa aku lakukan?’
Beliau berkata, ‘Bacalah doa,

اللهم اقذف في قلبي رجائك عمن سواك, حتى لا أرجو أحدا غيرك, اللهم وما ضعفت عنه قوتي, وقصر عنه عملي, ولم تنته اليه رغبتي, ولم تبلغه مسألتي, ولم يجر على لساني, مما أعطيت أحدا من الاولين والاخرين من اليقين, فخصني به يارب العالمين.

‘Ya Allah buanglah segala pengharapanku di hatiku kepada selain Engkau hingga aku tidak berharap kepada selain Engkau. Ya Allah, apa yang tidak bisa kuraih dengan kekuatanku, tidak bisa aku kerjakan dengan baik, tidak bisa aku gapai, tidak dapat aku raih dengan dayaku, tidak bisa kudapatkan dengan perkataanku, apa yang telah Engkau berikan kepada orang-orang terdahulu dan orang-orang masa kini sebuah keyakinan maka berikanlah kepadaku, wahai Tuhan semesta alam.’
Setelah selama seminggu aku berdoa dengan doa itu, Muawiyah mengirimkan utusan kepadaku dengan membawa 1.500.000 dinar. Aku berkata, ‘Segala puji bagi Allah. Zat yang tidak melupakan orang yang mengingat-Nya, tidak melupakan orang yang berdoa kepada-Nya.’
Kembali aku bertemu dengan Nabi di dalam mimpi. Beliau berkata, ‘Hasan, bagaimana kabarmu?’
Aku berkata, ‘Baik, wahai Rasulullah,’ Lalu aku menceritakan kepada beliau apa yang terjadi kepadaku. Beliau berkata, ‘Begitulah nasib orang yang berharap kepada Sang Pencipta dan bukan meminta kepada makhluk.’”


[1] Pada saat itu ia menjadi khalifah, Amirul Mukminin.
Baca Selengkapnya >>>
0 comments

Andai Rasulullah saw., Memberi Lebih



Ali bin Abi Thalib r.a. menceritakan bahwa ia bermimpi melaksanakan shalat subuh bersama Rasulullah saw., Pada saat itu Rasulullah bersandar ke mihrab. Lalu datanglah seorang perempuan membawa nampan berisi kurma dan memberikannya kepada beliau. Rasulullah saw., mengambil sebuah kurma sambil berkata, “Hai Ali, kamu mau kurma ini?”
Ali berkata kepada beliau, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau mengambil satu kurma dan menyuapkannya kepada Ali. Rasulullah saw., kembali mengatakan hal serupa dan Ali mengiyakannya. Lalu beliau menyuapi Ali lagi.
Ali terbangun dengan perasaan rindu kepada Rasulullah saw., Di mulutnya, rasa manis kurma masih terasa. Ali berwudhu dan bergegas ke mesjid. Ali melaksanakan shalat bersama umar. Umar bersandar pada mihrab. Ali ingin menceritakan mimpinya tadi malam kepada Umar. Tetapi, sebelum Ali menceritakan mimpinya kepada Umar, ada seorang perempuan datang sambil memabawa senampan kurma berdiri di pintu masjid. Ia lalu memberikan nampan itu kepada Umar. Umar mengambil satu kurma lalu berkata, “Kamu mau ini, wahai Ali?”
Aku berkata, “Ya.”
Umar lalu menyuapi Ali. Ia mengambil lagi dan berkata hal yang sama. Ali pun mengiyakannya. Dan Umar menyuapi Ali lagi. Kemudian Umar membagikan kurma itu kepada para sahabat Rasulullah saw., padahal Ali masih menginginkan kurma itu lagi.
Umar berkata, “Saudaraku, andai malam tadi Rasulullah saw., memberimu lebih, tentu aku akan memberimu lebih juga.”
Ali terkejut. “Allah telah memberitahukan kepadamu apa yang aku lihat di dalam mimpi malam tadi?”
Umar berkata, “Wahai Ali, seorang mukmin melihat dengan mata Allah.”
“Engkau benar, wahai Amirul Mukminin. Memang begitulah aku bermimpi malam tadi. Dan aku juga merasakan kenikmatan yang sama antara apa yang diberikan oleh tanganmu,” kata Ali.

Sumber :
Jumpai Aku Ya Rasulullah Kiat dan keberkahan bertemu Nabi saw. dalam mimpi ; alih bahasa, Ahmad Shiddiq Thabrani, LC. - Cet. 1, - Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2008. 314 hal.
Judul Asli : Ra'aitun Nabiyya saw., 100 qishshah haqiqiyyah li-man ra'au an-Nabiyya
Baca Selengkapnya >>>
 
;