Linda Mayasari
Jakarta, Seorang siswa harus pandai-pandai dalam memilih kegiatan ektrakurikuler di sekolah yang harus sesuai dengan bakat dan minatnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa partisipasan kegiatan ekstrakurikuler di bidang seni ternyata lebih mudah depresi.
Menurut penelitian terbaru yang
diterbitkan oleh American Psychological Association, siswa yang mengambil kegiatan ekstrakurikuler dalam bidang seni seperti musik, drama, dan melukis lebih rentan terhadap perasaan tertekan dan sedih dibanding siswa yang mengambil kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
Studi ini adalah yang pertama kali menemukan keterlibatan antara kegiatan seni dengan gejala depresi. Hasil studi ini kemudian dipublikasikan secara online dalam jurnal Psychology of Aesthetics, Creativity, and the Arts, seperti dilansir Health24, Kamis (22/11/2012).
"Penelitian ini bukan menunjukkan bahwa berpartisipasi dalam kegiatan seni dapat menyebabkan masalah mental seperti depresi, tetapi survei menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam ekstrakurikuler seni lebih mudah stres di banding yang lain," kata Laura N. Young, MA, pemimpin studi dari Boston College.
Kegiatan ekstrakurikuler seni biasanya lebih banyak dimintai oleh remaja perempuan dan penelitian ini juga melaporkan bahwa remaja perempuan memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi daripada remaja laki-laki.
Para peneliti melihat keterlibatan para siswa di Amerika dalam kegiatan ekstrakurikuler pada tahun 2002, 2004, 2006, 2008 dan 2010 menggunakan data dari US Longitudinal Survey of Youth terhadap 482 siswa usia 15 sampai 16 tahun.
Untuk menentukan tingkat gejala depresi, peserta diminta menyelesaikan kuesioner yang menanyakan seberapa sering dirinya mengalami gangguan suasana hati atau berbagai masalah yang terkait dengan depresi, seperti nafsu makan yang buruk, sulit berkonsentrasi, perasaan sedih, kekurangan energi atau motivasi, tidur gelisah, dan sedih.
Hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang mengambil ekstrakurikuler di bidang seni setelah sekolah usai, cenderung lebih mengembangkan berbagai gangguan suasana hati dibanding siswa yang memilih kegiatan ekstrakurikuler lainnya seperti olahraga.
Menurut para peneliti, alasan di balik hubungan antara seni dan depresi adalah bahwa orang yang tertarik pada seni mungkin memiliki sifat kognitif tertentu, seperti lebih banyak menyerap informasi dari lingkungan di sekitarnya.
Meskipun hal ini bersifat positif karena dapat membangkitkan kreativitas yang lebih besar dan ekspresi artistik, tetapi rangsangan yang berlebihan di usia yang masih muda dan di sela-sela jadwal sibuk pelajaran sekolah, dapat menyebabkan tekanan umum dan depresi.
Kebanyakan ekstrakurikuler seni juga kurang menerapkan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik seperti yang diperlukan dalam ektrakurikuler basket misalnya. Yang perlu dilakukan untuk mencegah depresi pada ramaja usia sekolah adalah memperbaiki sistem ekstrakurikuler seni agar lebih mengutamakan sosialisasi dan kerja sama.
Sumber: Click Here!!!
Jakarta, Seorang siswa harus pandai-pandai dalam memilih kegiatan ektrakurikuler di sekolah yang harus sesuai dengan bakat dan minatnya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa partisipasan kegiatan ekstrakurikuler di bidang seni ternyata lebih mudah depresi.
Menurut penelitian terbaru yang
diterbitkan oleh American Psychological Association, siswa yang mengambil kegiatan ekstrakurikuler dalam bidang seni seperti musik, drama, dan melukis lebih rentan terhadap perasaan tertekan dan sedih dibanding siswa yang mengambil kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
Studi ini adalah yang pertama kali menemukan keterlibatan antara kegiatan seni dengan gejala depresi. Hasil studi ini kemudian dipublikasikan secara online dalam jurnal Psychology of Aesthetics, Creativity, and the Arts, seperti dilansir Health24, Kamis (22/11/2012).
"Penelitian ini bukan menunjukkan bahwa berpartisipasi dalam kegiatan seni dapat menyebabkan masalah mental seperti depresi, tetapi survei menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam ekstrakurikuler seni lebih mudah stres di banding yang lain," kata Laura N. Young, MA, pemimpin studi dari Boston College.
Kegiatan ekstrakurikuler seni biasanya lebih banyak dimintai oleh remaja perempuan dan penelitian ini juga melaporkan bahwa remaja perempuan memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi daripada remaja laki-laki.
Para peneliti melihat keterlibatan para siswa di Amerika dalam kegiatan ekstrakurikuler pada tahun 2002, 2004, 2006, 2008 dan 2010 menggunakan data dari US Longitudinal Survey of Youth terhadap 482 siswa usia 15 sampai 16 tahun.
Untuk menentukan tingkat gejala depresi, peserta diminta menyelesaikan kuesioner yang menanyakan seberapa sering dirinya mengalami gangguan suasana hati atau berbagai masalah yang terkait dengan depresi, seperti nafsu makan yang buruk, sulit berkonsentrasi, perasaan sedih, kekurangan energi atau motivasi, tidur gelisah, dan sedih.
Hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang mengambil ekstrakurikuler di bidang seni setelah sekolah usai, cenderung lebih mengembangkan berbagai gangguan suasana hati dibanding siswa yang memilih kegiatan ekstrakurikuler lainnya seperti olahraga.
Menurut para peneliti, alasan di balik hubungan antara seni dan depresi adalah bahwa orang yang tertarik pada seni mungkin memiliki sifat kognitif tertentu, seperti lebih banyak menyerap informasi dari lingkungan di sekitarnya.
Meskipun hal ini bersifat positif karena dapat membangkitkan kreativitas yang lebih besar dan ekspresi artistik, tetapi rangsangan yang berlebihan di usia yang masih muda dan di sela-sela jadwal sibuk pelajaran sekolah, dapat menyebabkan tekanan umum dan depresi.
Kebanyakan ekstrakurikuler seni juga kurang menerapkan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik seperti yang diperlukan dalam ektrakurikuler basket misalnya. Yang perlu dilakukan untuk mencegah depresi pada ramaja usia sekolah adalah memperbaiki sistem ekstrakurikuler seni agar lebih mengutamakan sosialisasi dan kerja sama.
Sumber: Click Here!!!