Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Tuesday, October 16, 2012 0 comments

Tangisan Rasulullah Menggoncangkan Arasy


Dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawaf di Ka’bah,
beliau mendengar seseorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: “Ya Karim! Ya
Karim!”
Rasulullah s.a.w. menirunya membaca “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu Ialu
berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah
s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!” Merasa seperti
diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang
gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu Ialu berkata:
Baca Selengkapnya >>>
Monday, April 9, 2012 0 comments

Menunggu Bukhari


Abdul Wahid bin Adam ath-Thawawisi berkata, “Aku memimpikan Nabi saw., sedang berjalan bersama para sahabat beliau. Nabi berhenti di sebuah tempat. Aku mengucapkan salam kepada beliau, dan Nabi menjawab salamku. Aku berkata kepadanya, ‘Apa yang membuatmu berhenti, wahai Rasulullah?’
Nabi menjawab,
Baca Selengkapnya >>>
0 comments

Meletakkan Kaki di Jejak Kaki Nabi


Muhammad bin Abu Hatim al-Warraq berkata, “Di dalam mimpi, aku melihat, aku melihat Nabi saw., sedang berjalan, dan di belakang beliau ada
Baca Selengkapnya >>>
0 comments

Menjaga Nabi dengan Kipas


Imam Bukhari r.a. berkata, “Aku memimpikan Nabi saw. Seakan aku berada di hadapan beliau: aku memegang kipas untuk menjaga dan merawat beliau.
Aku menemui beberapa ahli takwil mimpi untuk menanyakan takwil mimpi itu. Kata mereka, ‘Kamu akan menjaga Nabi dari kebohongan.’
Hal itulah yang mendorongku untuk menulis al-Jami’ ash-Shahih (Kumpulan Hadits-Hadits Shahih).”
Baca Selengkapnya >>>
0 comments

Tidak Mencela Sahabat Nabi


Ja’far ash-Shaig berkata, “Ada seorang tetangga Imam Ibnu Hanbal yang selalu melakukan kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan keji. Pada suatu hari, orang itu datang ke majelis Imam Ibnu Hanbal dan mengucapkan salam. Sepertinya, Imam Ibnu Hanbal tidak membalas ucapan salam orang itu dengan sempurna. Ia merasa tidak senang dengan kedatangan orang itu.
Orang itu berkata, ‘Wahai Abu Abdillah, kenapa engkau tidak senang dengan kehadiranku? Aku telah berubah dari perbuatan yang selama ini aku lakukan karena pengaruh mimpi yang kulihat di dalam tidurku.’
‘Mimpi apa yang kamu lihat?’ tanya Imam Ahmad.
‘Aku melihat Nabi saw., di dalam mimpiku, seakan beliau ada di dataran yang tinggi dan di bawahnya ada orang-orang duduk.
Satu per satu orang berdiri dan mendekati beliau. Mereka berkata, ‘Doakanlah saya.’
Beliau lalu mendoakan mereka hingga tinggal aku sendiri. Aku ingin berdiri mendaketi beliau, tapi aku malu sebab apa yang telah aku lakukan selama ini. Kemudian beliau berkata kepadaku, ‘Hai fulan, kenapa kamu tidak berdiri dan memintaku untuk mendoakanmu.”
Aku menjawab, ‘Wahai Rasulullah, aku malu sebab perbuatan-perbuatan buruk yang telah aku lakukan selama ini.’
Beliau berkata, ‘Jika rasa malu yang menghalangimu, berdirilah dan mintalah, maka aku akan mendoakanmu sebab kamu tidak mencela salah seorang dari sahabat-sahabatku.’
Aku pun berdiri lalu beliau mendoakanmu. Aku terbangun dari tidur: dan aku berjanji tidak akan mengulangi perbuatan jahat yang aku lakukan, demi Allah.
Imam Ahmad berkata, ‘Wahai Ja’far, wahai fulan, ceritakan kisah mimpi ini (kepada orang lain). Kisah ini akan bermanfaat.’”
Baca Selengkapnya >>>
Sunday, April 8, 2012 2 comments

Nabi Menghukumnya di Masjid


Terjadi perdebatan antara Yahya al-Jala’, seorang pengikut Sunni, dan seorang lelaki dari golongan Mu’tazilah. Al-Jala’ dikenal sebagai seorang yang memiliki argumentasi yang kuat dan memiliki dalil-dalil yang shahih. Tetapi, pada saat itu, kekuasaan berpihak kepada kaum Mu’tazilah. Mereka memutuskan persoalan lebih memihak kepada Mu’tazilah daripada Sunni. Al-Jala’ pun mendapat kecaman yang tidak mengenakkan dari kelompok Mu’tazilah.
Akhirnya, al-Jala’ harus pulang ke rumahnya dengan perasaan galau dan sedih. Istrinya menyiapkan makan untuknya, tapi ia tidak menyentuhnya sama sekali, Al-Jala’ pun tertidur dalam keadaan galau dan sedih. Saat itulah beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah.
Yahya al-Jala’ berkata, “Aku melihat nabi saw., di masjid. Di sana ada kelompok Ahmad bin Hanbal dan para pengikutnya, serta kelompok Ahmad bin Abu Dawud[1] dan para sahabatnya.
Rasulullah saw., kemudian membaca ayat, ‘....Jika Orang-orang Quraisy itu mengingkarinya...’(al-An’am [6]: 89) sambil menunjuk ke arah kelompok Ibnu Abu Dawud. Beliau melanjutkan ayat itu, ‘....maka Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang tidak mengingkarinya.’ (al-an’am[6]:89) dan beliau menunjuk ke arah kelompok Imam Ahmad bin Hanbal dan para sahabatnya.”
Yahya al-Jala’ bangun dari tidurnya dengan perasaan gembira. Istrinya kembali menghidangkan makanan untuknya. Kali ini ia menyantapnya dengan lahap.


[1] Seorang ulama Mu’tazilah yang mengikuti debat seputar Khalaq Al-Qur’an (Kemakhlukan Al-Qur’an) dan menyebabkan Imam Ibnu Hanbal dipenjara.
Baca Selengkapnya >>>
Thursday, April 5, 2012 0 comments

Agar Ia Tidak Dihisab



Abu Bayan al-Asbahani mengatakan, “Aku memimpikan diriku bertemu dengan Rasulullah saw., dan berkata kepada beliau. ‘Wahai Rasulullah, Muhammad bin Idris asy-Syafi’i adalah keponakanmu. Apakah engkau memberikan sesuatu yang istimewa kepadanya?’
Beliau berkata, ‘Benar, Aku memohon kepada Allah agar Ia tidak menghisabnya.’
‘Kenapa engkau berbuat begitu, ya Rasulullah?’ tanyaku.
Kata beliau, ‘(Hal itu) karena ia mengucapkan shalawat yang berbeda dan tak pernah diucapkan siapa pun, kepadaku.’
‘Seperti apa shalawat itu, wahai Rasulullah?’ Kataku.
Rasulullah saw., berkata, ‘Ia mengucapkan shalawat kepadaku (dengan redaksi seperti ini),
اللهم صل على محمد كلما ذكره الذاكرون, وصل على محمد كلما غفل عنه الغافلون
Ya Allah, berikanlah shalawat (rahmat) kepada Muhammad, ketika manusia mengingatnya, dan berikanlah juga shalawat (rahmat) kepadanya, ketika manusia lupa kepadanya.’”
Baca Selengkapnya >>>
0 comments

Ikutilah Syafi’i


Hisyam bi Ammar berkata, “Aku mendengar al-Mutawakkil bin al-Mu’tashim[1] berkata, ‘Sungguh aku merindukan Muhammad bin Idris asy-Syafi’i. Andai aku hidup pada masanya bisa melihat dan berdekatan dengannya, bisa belajar darinya. Sunguh, aku memimpikan Rasulullah saw., berkata,
‘Wahai manusia, sesungguhnya Muhammad bin Idris telah berpulang ke rahmatullah. Ia telah mewariskan ilmu yang bermanfaat bagi kalian. Ikutilah ia, maka kalian akan mendapatkan hidayah.’”


[1] Al-Mutawakkil dan al-Mu’tashim adalah orang khalifah pada masa Abbasiah.
Baca Selengkapnya >>>
 
;