Friday, March 30, 2012 0 comments

Nabi Membacakan (Al-Qur’an) di Mulut Nafi’



Ketika berbicara, dari mulut Nafi’ al-Qari’ selalu keluar wangi kasturi. Ada seseorang yang bertanya kepada Nafi’, “Apakah kamu selalu memakai wewangian?”
Nafi’ menjawab, “Tidak. Aku tidak pernah menyentuh atau memakai wewangian, tapi aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw., dan beliau membacakan Al-Qur’an di mulutku. Sejak saat itu mulutku selalu mengeluarkan aroma wangi.”
Baca Selengkapnya >>>
0 comments

Berharap Kepada Allah swt.



Hasan bin Ali r.a. berada di dalam kesulitan ekonomi yang sangat pelik. Gaji (ratib) sebanyak 100.000 dinar setiap tahunnya yang ia peroleh dari baitulmal ditahan oleh Muawiyah r.a.[1] selama dua tahun. Ia benar-benar berada di dalam keadaan ekonomi yang sulit.
Hasan menuturkan, “Aku lalu memanggil seseorang untuk menulis surat kepada Muawiyah agar mengingatku. Tetapi, aku tidak jadi melakukannya. Kemudian aku bermimpi bertemu Rasulullah saw. Beliau berkata, ‘bagaimana kabarmu, wahai hasan?’
‘Baik, wahai kakek,’ jawabku.
Lalu aku mengeluh kepada beliau tentang keterlambatan harta yang seharusnya kuterima. Beliau berkata, ‘Kamu memanggil seseorang untuk menulis surat kepada seseorang sepertimu untuk mengingatkan hal itu?’
Aku menjawab, ‘Iya, wahai Rasulullah. Apa yang bisa aku lakukan?’
Beliau berkata, ‘Bacalah doa,

اللهم اقذف في قلبي رجائك عمن سواك, حتى لا أرجو أحدا غيرك, اللهم وما ضعفت عنه قوتي, وقصر عنه عملي, ولم تنته اليه رغبتي, ولم تبلغه مسألتي, ولم يجر على لساني, مما أعطيت أحدا من الاولين والاخرين من اليقين, فخصني به يارب العالمين.

‘Ya Allah buanglah segala pengharapanku di hatiku kepada selain Engkau hingga aku tidak berharap kepada selain Engkau. Ya Allah, apa yang tidak bisa kuraih dengan kekuatanku, tidak bisa aku kerjakan dengan baik, tidak bisa aku gapai, tidak dapat aku raih dengan dayaku, tidak bisa kudapatkan dengan perkataanku, apa yang telah Engkau berikan kepada orang-orang terdahulu dan orang-orang masa kini sebuah keyakinan maka berikanlah kepadaku, wahai Tuhan semesta alam.’
Setelah selama seminggu aku berdoa dengan doa itu, Muawiyah mengirimkan utusan kepadaku dengan membawa 1.500.000 dinar. Aku berkata, ‘Segala puji bagi Allah. Zat yang tidak melupakan orang yang mengingat-Nya, tidak melupakan orang yang berdoa kepada-Nya.’
Kembali aku bertemu dengan Nabi di dalam mimpi. Beliau berkata, ‘Hasan, bagaimana kabarmu?’
Aku berkata, ‘Baik, wahai Rasulullah,’ Lalu aku menceritakan kepada beliau apa yang terjadi kepadaku. Beliau berkata, ‘Begitulah nasib orang yang berharap kepada Sang Pencipta dan bukan meminta kepada makhluk.’”


[1] Pada saat itu ia menjadi khalifah, Amirul Mukminin.
Baca Selengkapnya >>>
0 comments

Mendapat Ampunan Zubair



Muhammad bin Sahal al-Azadi menceritakan bahwa seorang lelaki tua berkata, “Suatu hari, aku berkumpul bersama orang-orang, berbicara tentang persoalan (perselisihan dan peperangan yang terjadi) antara Ali, Thalhah, dan Zubair r.a. Sepertinya, pada waktu itu aku mencela Zubair. Pada malam harinya, aku bermimpi bahwa aku ada di sebuah padang pasir yang sangat luas. Di sana banyak sekali orang telanjang. Mereka berkepala anjing, tapi tubuh mereka adalah tubuh manusia. Tangan dan kaki mereka dipotong dengan silang. Ada juga orang yang kedua kaki dan tangannya dipotong. Aku tidak pernah melihat pemandangan yang lebih menakutkan daripada pemandangan pada saat itu.
Aku merasa sangat takut dan ngeri dengan pemandangan tersebut. Aku membatin, “Kenapa mereka bisa seperti ini, tangan dan kaki mereka dipotong?” Tiba-tiba ada suara menjawab, “Ini adalah ganjaran mereka yang mencaci maki Ali bin Abi Thalib r.a.”
Saat aku berada pada suasana seperti itu, tiba-tiba ada sebuah pintu terbuka. Aku pun masuk ke sebuah ruangan yang luas. Asa seorang laki-laki yang duduk dikelilingi oleh jamaahnya. Aku diberi tahu bahwa seorang laki-laki itu adalah Nabi saw., Aku mendekat dan menyalaminya. Beliau menggenggam tanganku dengan sangat erat, lalu beliau berkata, “Akan kamu ulangi?”
Aku teringat apa yang aku katakan tentang Zubair. Aku berkata kepada Nabi, “Tidak. Demi Allah, tidak, wahai Rasulullah saw., Saya tidak akan melakukannya lagi.”
Beliau lalu menoleh kepada  seseorang di belakangnya, kemudian beliau berkata, “Zubair, ia mengatakan bahwa ia tidak akan mengulanginya lagi, Maafkanlah ia !”
Zubair berkata, “Aku telah memaafkannya, wahai Rasulullah saw.,”
Aku menjabat tangan beliau dan menciuminya. Aku menangis. Aku meletakkan tangan beliau di dadaku.
Ketika aku terbangun, aku masih merasakan rasa sejuk di punggungku.”

Sumber :
Jumpai Aku Ya Rasulullah Kiat dan keberkahan bertemu Nabi saw. dalam mimpi ; alih bahasa, Ahmad Shiddiq Thabrani, LC. - Cet. 1, - Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2008. 314 hal.
Judul Asli : Ra'aitun Nabiyya saw., 100 qishshah haqiqiyyah li-man ra'au an-Nabiyya
Baca Selengkapnya >>>
0 comments

Andai Rasulullah saw., Memberi Lebih



Ali bin Abi Thalib r.a. menceritakan bahwa ia bermimpi melaksanakan shalat subuh bersama Rasulullah saw., Pada saat itu Rasulullah bersandar ke mihrab. Lalu datanglah seorang perempuan membawa nampan berisi kurma dan memberikannya kepada beliau. Rasulullah saw., mengambil sebuah kurma sambil berkata, “Hai Ali, kamu mau kurma ini?”
Ali berkata kepada beliau, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau mengambil satu kurma dan menyuapkannya kepada Ali. Rasulullah saw., kembali mengatakan hal serupa dan Ali mengiyakannya. Lalu beliau menyuapi Ali lagi.
Ali terbangun dengan perasaan rindu kepada Rasulullah saw., Di mulutnya, rasa manis kurma masih terasa. Ali berwudhu dan bergegas ke mesjid. Ali melaksanakan shalat bersama umar. Umar bersandar pada mihrab. Ali ingin menceritakan mimpinya tadi malam kepada Umar. Tetapi, sebelum Ali menceritakan mimpinya kepada Umar, ada seorang perempuan datang sambil memabawa senampan kurma berdiri di pintu masjid. Ia lalu memberikan nampan itu kepada Umar. Umar mengambil satu kurma lalu berkata, “Kamu mau ini, wahai Ali?”
Aku berkata, “Ya.”
Umar lalu menyuapi Ali. Ia mengambil lagi dan berkata hal yang sama. Ali pun mengiyakannya. Dan Umar menyuapi Ali lagi. Kemudian Umar membagikan kurma itu kepada para sahabat Rasulullah saw., padahal Ali masih menginginkan kurma itu lagi.
Umar berkata, “Saudaraku, andai malam tadi Rasulullah saw., memberimu lebih, tentu aku akan memberimu lebih juga.”
Ali terkejut. “Allah telah memberitahukan kepadamu apa yang aku lihat di dalam mimpi malam tadi?”
Umar berkata, “Wahai Ali, seorang mukmin melihat dengan mata Allah.”
“Engkau benar, wahai Amirul Mukminin. Memang begitulah aku bermimpi malam tadi. Dan aku juga merasakan kenikmatan yang sama antara apa yang diberikan oleh tanganmu,” kata Ali.

Sumber :
Jumpai Aku Ya Rasulullah Kiat dan keberkahan bertemu Nabi saw. dalam mimpi ; alih bahasa, Ahmad Shiddiq Thabrani, LC. - Cet. 1, - Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2008. 314 hal.
Judul Asli : Ra'aitun Nabiyya saw., 100 qishshah haqiqiyyah li-man ra'au an-Nabiyya
Baca Selengkapnya >>>
0 comments

Bilal Meninggalkan Rasulullah saw.



Ketika Rasulullah saw., wafat, Bilal mengumandangkan adzan, lalu orang-orang berkumpul di mesjid. Pada saat itu, Rasulullah belum dikuburkan.  Sesaat setelah Rasulullah dikuburkan, Abu Bakar berkata kepada Bilal, “Azanlah, wahai Bilal !!!”
Bilal menjawab, “Jika engkau memerdekakan saya agar saya bersamamu, saya akan melakukan itu. Tetapi, jika engkau memerdekakan saya semata-mata karena Allah, maka biarlah saya bersama-Nya.”
Abu Bakar berkata, “Aku memerdekakanmu semata-mata karena Allah.”
Bilal berkata, “Jika begitu, saya tidak akan lagi melakukan adzan untuk siapapun setelah Rasulullah saw., wafat.”
Abu Bakar berkata, “Terserah kamu.” Bilal pun keluar dan pergi ke Syam mengikuti rombongan yang pergi ke sana.
Bilal tinggal beberapa waktu di Syam hingga suatu saat ia bermimpi bertemu Rasulullah saw., Beliau berkata :
“Mengapa engkau pergi, wahai Bilal? Tidakkah kamu ingin mengunjungi kami?”
Bilal terbangun dengan diselimuti perasaan sedih. Ia kemudian pergi ke Madinah, mendatangi makam Rasulullah saw., sambil menangis di sana.
Setelah itu, ia mendatangi Hasan dan Husain, lalu menciumi mereka berdua. Mereka berdua berkata kepada Bilal, “Kami ingin engkau adzan pada waktu subuh nanti.”
Bilal pun naik ke loteng masjid. Saat ia mulai mengemundangkan kalimat Allahu Akbar, kota Madinah bergetar. Ketika ia mengucapkan kalimat asyhadu an la ilaha illallah, kota Madinah semakin bergetar. Kaum perempuan keluar dari rumah-rumah mereka. Tidak pernah terjadi tangis melebihi hari itu.

Sumber :
Jumpai Aku Ya Rasulullah Kiat dan keberkahan bertemu Nabi saw. dalam mimpi ; alih bahasa, Ahmad Shiddiq Thabrani, LC. - Cet. 1, - Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2008. 314 hal.
Judul Asli : Ra'aitun Nabiyya saw., 100 qishshah haqiqiyyah li-man ra'au an-Nabiyya
Baca Selengkapnya >>>
 
;